JAKARTA – Kementerian Perdagangan Indonesia serta Kementerian Usaha Kecil, Promosi Ekspor, dan Perdagangan Internasional Kanada segera memulai perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (ICA-CEPA). Kedua kepala pemerintahan juga telah sepakat mempererat hubungan melalui suatu kerja sama perdagangan bilateral.
[–>
“Sepanjang 2021, Indonesia dan Kanada telah melakukan serangkaian pembicaraan perihal kerja sama perdagangan untuk mendorong hubungan ekonomi kedua negara ke arah yang lebih erat,” ujar Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, kepada Tempo, kemarin.
[–>
Djatmiko berujar, putaran pertama perundingan ICA-CEPA ditargetkan dilaksanakan sebelum akhir 2021. Menteri kedua negara memberikan instruksi agar kedua tim negosiasi segera menyiapkan hal-hal teknis sebelum memulai perundingan. “Kami telah memulai serangkaian langkah koordinasi awal dengan segenap kementerian dan lembaga untuk mempersiapkan perundingan ini berdasarkan tiga prinsip utama, yaitu akses pasar, aturan fasilitasi, dan kerja sama,” ujar Djatmiko.
[–>
Dalam perundingan nanti, isu yang akan dibahas meliputi akses pasar untuk perdagangan barang, perdagangan jasa, investasi, dan kerja sama ekonomi, termasuk berbagai area terkait dengan perdagangan lainnya. Djatmiko berharap, dengan ICA-CEPA, Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara Asia Tenggara yang lebih dulu memiliki perjanjian dagang dengan Kanada ataupun telah tergabung dalam perjanjian dagang kemitraan Trans-Pasifik (CP TPP).
Menurut Djatmiko, Kanada merupakan negara pertama di wilayah Amerika Utara yang bakal melakukan perundingan dagang dengan Indonesia. Hal ini dapat mendorong daya saing produk dalam negeri sebagai bagian dari rantai pasok global di Amerika Utara. Selain itu, ICA-CEPA akan memberikan peningkatan dan diversifikasi perdagangan dua arah.
[–>
“Perusahaan besar ataupun UMKM akan mendapat akses yang lebih luas ke pasar yang sejauh ini belum tersentuh. Tingkat bea masuk yang lebih rendah serta kemudahan proses administratif juga akan mendorong penetrasi pasar ke Kanada,” ujar Djatmiko.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi berharap kesepakatan tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan investasi, termasuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat kedua negara. Selain itu, kata Lutfi, perundingan ini menjadi salah satu strategi penguatan hubungan kerja sama luar negeri Indonesia dan Kanada.
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi bertemu dengan Menteri Usaha Kecil, Promosi Ekspor, dan Perdagangan Internasional Kanada Mary Ng secara virtual resmi serta meluncurkan rencana dimulainya perundingan Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), 21 Juni 2021. Biro Humas/Kemendag.go.id
“Perjanjian ini merupakan upaya strategis untuk membuka peluang penetrasi produk Indonesia semakin besar di Amerika Utara, mengingat Indonesia saat ini baru memiliki satu perjanjian dagang di Benua Amerika, yaitu dengan Cile di Amerika Selatan,” kata Lutfi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, menilai porsi perdagangan dan investasi Indonesia dengan Kanada masih jauh dari potensi yang ada. Kalau dibandingkan dengan total perdagangan ke Kanada, kata Shinta, porsinya masih di bawah ekspor Indonesia ke Brasil atau Meksiko. Bahkan nilainya tidak sampai 10 persen dari ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
“Padahal Kanada memiliki volume impor tahunan dari pasar global sebesar lebih dari US$ 400 miliar per tahun,” ujar Shinta. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara lainnya bisa melakukan ekspor ke Kanada sebesar 2-5 kali lipat dari ekspor Indonesia ke Kanada saat ini.
Dari sisi investasi, Shinta melihat Kanada sebagai investor potensial karena ada tren peningkatan arus investasi dalam 2-3 tahun terakhir. Bahkan, ujar Shinta, Kanada merupakan salah satu negara yang paling awal berkomitmen untuk berinvestasi di sovereign wealth fund (SWF) Indonesia.
“Banyak potensi perdagangan dan investasi yang belum kita realisasikan dengan Kanada, sehingga kami melihat inisiasi ICA-CEPA ini sangat strategis untuk merealisasi potensi tersebut di masa mendatang,” ujar Shinta.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, berujar bahwa perundingan perdagangan dengan Kanada bakal memberikan manfaat bagi Indonesia karena menjadi pintu masuk perdagangan ke Amerika Utara. Selain itu, Kanada merupakan negara kaya dengan pendapatan per kapita yang sudah tinggi, sehingga diperlukan penanganan khusus untuk memasuki pasar non-tradisional tersebut.
“Kita harus melihat juga Kanada mempunyai kerja sama perdagangan dengan siapa saja. Supaya, kalau punya CEPA dengan Kanada, kita berpeluang untuk meningkatkan global value chain ke negara mitra Kanada,” tutur Heri.
Dengan adanya ICA-CEPA, Heri mengatakan, perlu ada peta jalan (road map) apakah perjanjian ini untuk sekadar meningkatkan perdagangan atau manfaat lainnya. Apabila perundingan dagang tersebut berpotensi memperlebar defisit perdagangan Indonesia dengan Kanada, perlu ada kompensasi yang lain, misalnya memperoleh surplus dari negara lain. “Misalnya defisit dengan Kanada semakin besar, harapannya surplus perdagangan dengan Amerika Serikat bisa meningkat. Karena Amerika dengan Kanada pasti punya hubungan dagang yang erat,” kata dia.
LARISSA HUDA
“Tvaholic. Beer guru. Lifelong internet nerd. Infuriatingly humble pop culture scholar. Friendly food advocate. Freelance alcohol fan. Incurable bacon ninja.”